Campur
tangan manusia terhadap lingkungannya dalam rangka peningkatan sumberdaya alam,
akan semakin menigkat sejalan dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup dan
kehidupan yang semakin besar. Tidak mustahil dengan adanya peningkatan kegiatan
manusia dewasa ini akan menimbulkan suatu kondisi yang kurang serasi dan
seimbang lagi didalamnya. Sehingga akan mengganggu kehidupan makluk hidup dan
tidak jarang menyebabkan kerugian.Kegiatan dibidang peternakan, bila tidak dikelola
atau dilakukan dengan baik tanpa memperhatikan faktor-faktor pengganggu
/perusak lingkungan akan dapat menyebabkan kerugian hidup dan kehidupan
masyarakat dibidang peternakan tersebut.
Agar limbah ternak unggas baik itu limbah di peternakan ayam pedaging
maupun ayam petelur tidak duitmencemari
lingkungan, maka perlu dikelola dengan baik.
Pengelolaan limbah peternakan unggas tersebut sebaiknya disesuaikan
dengan karakteristik jenis limbahnya.
Berbicara masalah limbah
peternakan dari namanya saja sudah dapat diketahui, bahwa kotoran ternak
khususnya ayam broiler (pedaging) dan ayam petelur pasti bersifat kotor, baunya
tidak
sedap, sangat menjijikan, dan sederet kejelekkan lainnya. Anggapan masyarakat semacam itu memang tidaklah salah, sebab tanpa
perlakuan apapun keadaannya memang demikian tidak mengherankan kalau
kotoran unggas atau limbah ternak unggas
ini sering menimbulkan masalah dari
pada mendatangkan manfaat bagi orang yang tidak mengetahuinnya. Namun bagi sebagian orang
kotoran atau limbah tersebut adalah duit atau sebagian orang menyebutnya bau
duit.
Sifat-sifat jelek dari kotoran ternak
khususnya ayam broiler (pedaging) dan petelur ini kadang-kadang sering
menimbulkan benturan kepentingan. Disatu
sisi kita sedang menggalakkan peternakan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging
dan telur. Tetapi disisi lain lahan yang tersedia untuk
lokasi peternakan semakin terbatas karena berbenturan kepentingan dengan lokasi pemukiman penduduk.
Mendirikan peternakan yang berdekatan dengan lokasi pemukiman penduduk kemungkinan
akan diprotes oleh warga yang ada, karena
adanya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh kotoran ternak
tersebut.
Tidak mengherankan kalau lokasi peternakan
biasanya didirikan di lokasi yang jauh dengan pemukiman penduduk. Semakin jauh
lokasi peternakan dari pemukiman
penduduk semakin baik. Hal ini tidaklah
menjadi masalah bagi peternakan yang berskala besar, karena dengan dana yang
besar peternak dapat menyediakan segala fasilitas yang diperlukan di lokasi tersebut. Akan tetapi sebaliknya bagi peternak kecil,
hal ini akan menjadi masalah. Lokasi yang terlalu jauh dengan pemukiman
menyebabkan kesulitan dalam penanganannya. Tidak mengherankan kalau lokasi
peternakan yang berskala kecil biasanya tidak
jauh dengan pemukiman penduduk. Bahkan seringkali rumah peternaknya sendiri berada di lokasi peternakan. Dengan demikian pencemaran lingkungan sulit dihindarkan.
Jika tidak dikelola dengan baik, kotoran
ternak ayam broiler (pedaging) dan ayam petelur
dapat menurunkan mutu lingkungan
(kesehatan) dan mengganggu kenikmatan hidup
masyarakat. Kotoran ternak yang
terkumpul atau tercecer akan terbawa oleh aliran air hujan kedaerah-daerah yang
lebih rendah, hal ini akan mencemari air
tanah dan air sungai yang sebenarnya
lokasinya jauh dari lokasi peternakan.
Pengaruhnya akan semakin besar apabila ditunjang oleh kebiasaan masyarakat yang
kurang baik, yaitu menggunakan air
sungai untuk kegiatan mandi dan mencuci.
Di daerah semacam ini penyakit akan
mudah menyebar. Dengan demikian selain
anjuran untuk menjauhkan lokasi
peternakan dari lokasi pemukiman, perlu pula dicari cara yang efektif
untuk mengurangi reksiko pencemaran lingkungan. Permasalahan sekarang, bagaimana mengurangi reksiko
pencemaran yang disebabkan oleh kotoran
ternak ayam broiler (pedaging) dan ayam petelur tersebut.
1. Pengertian
Limbah
Limbah adalah hasil samping dari proses
produksi yang tidak lansung dimanfaatkan, bisa berbentuk padat, cair, gas,
getaran suara dan lain-lain, yang menimbulkan pencemaran apabila tidak dikelola
dengan baik. Adapun jenis atau karakteristik dari limbah
peternakan khususnya ayam broiler (pedaging) dan ayam petelur adalah sebagai berikut :
1.1.
Limbah
Padat
Yang termasuk limbah padat pada usaha peternakan ayam pedaging dan
petelur diantaranya:
·
Kardus bekas
atau bok bekas DOC
·
Sisa pakan
konsentrat
·
Litter atau
sekam bekas pemeliharaan ayam
·
Bangkai ayam
·
Kotoran
ternak
·
Karung bekas
tempat konsentrat
·
Botol/kemasan
obat-obatan ternak atau vaksin
·
Kayu atau
papan bekas /sisa bangunan kandang
·
Batu/bata ,
pecahan genteng, asbes sisa bangunan
·
Tirai
kandang yang telak rusak
·
Dll
|
Gambar 170. Litter Bekas Pemeliharaan Ayam (1 hari setelah
panen)
|
Gambar 171. Litter Bekas Pemeliharaan
Ayam (1,5 bl setelah panen)
|
|
Gambar 172. Bangkai Ayam
1.2. Limbah Cair
Limbah cair dari
kegiatan usaha peternakan unggas khususnya ayam
pedaging dan ayam petelur contohnya:
·
Air sisa
minum
·
Air bekas
mencuci tempat pakan dan minum
·
Air bekas
mencuci kandang dan peralatan yang mengandung bahan kimia
·
Dan lain-
lain
1.3. Limbah Gas
Limbah
peternakan unggas khususnya
peternakan ayam pedaging dan ayam petelur yang bentuknya gas contohnya:
·
Bau yang disebabkan oleh kotoran ternak ayam (litter
yang telah bercampur, air kencing, tumpahan air minum dan
sisa pakan)
·
Limbah gas
akibat bau bangkai ayam yang
tidak dikubur, telur busuk
·
Amoniak dan
lain-lain
2. Dampak Limbah
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan bidang
peternakan khususnya ayam broiler (pedaging) dan ayam petelur, apabila tidak
dikelola dengan baik akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Misalnya bau yang
ditimbulkan akibat kotoran ternak
(amoniak yang tinggi). Yang
dimaksud dengan amoniak adalah gas yang ditimbulkan oleh aktivitas mikroorganisma pada kotoran ternak ataupun
litter yang basah. Timbulnya gas atau
amoniak pada pemeliharaan ayam, baik itu ayam pedaging atau ayam petelur dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya : keadaan
sirkulasi udara yang kurang baik di dalam kandang atau sering disebut dengan
(ventilasi jelek) dalam kandang, keadaan pupulasi ternak yang terlalu penuh
(semakin padat ayam dalam kandang), adanya tumpahan pakan dan air minum di dalam kandang sehingga dapat menyebabkan litter atau
kotoran menjadi basah, pengaturan litter yang kurang baik dan lain sebagainya.
Adapun dampak limbah tersebut antara lain
sbb:
2.1. Mengganggu Kesehatan Ternak dan Manusia
Limbah ternak ayam khususnya limbah berbentuk
padat sangat potensi menimbulkan bahaya kesehatan baik itu ternak maupun manusia. Potensi
bahaya kesehatan tersebut disebabkan, karena limbah merupakan sumber berbagai jenis penyakit. Sedangkan beberapa jenis penyakit
yang dapat disebabkan oleh adanya limbah padat yang tidak dikelola dengan baik adalah sebagai berikut:
2.1.1. Penyakit Pernafasan
Penyakit gangguan pernafasan baik itu ternak maupun
manusia yang disebabkan oleh adanya bau
yang tidak enak /menyengat hidung.
2.1.2. Penyakit Infeksius
Penyakit infeksius yang timbul pada ternak
unggas dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa dan cacing. Sumber
penyakit seperti virus, bakteri, protozoa dan cacing banyak terdapat di limbah
ternak yang tidak dikelola tersebut.
2.1.3. Penyakit Perut pada Manusia
Penyakit ini dapat disebabkan karena manusia
makan makanan yang kotor, akibat
makanan tersebut dihinggapi
lalat. Lalat suka hidup di tempat-tempat yang kotor seperti limbah atau kotoran ternak.
2.2. Mencemari Lingkungan Tanah
Jenis limbah padat apabila tidak dikelola
dengan baik, dan dibuang begitu saja akan memberikan dampak negatif terhadap
ekosistem tanah, perkembangan kehidupan mikroorganisme tanah, kesehatan
ternak yang berada dilingkungan
sekitarnya dan termasuk kesehatan manusia baik itu peternak sendiri maupun
masyarakat umum.
Mengapa lingkungan tanah bisa tercemar oleh
limbah padat tersebut ? Karena limbah padat yang tidak dikelola tersebut sudah melampui batas kemampuan tanah
untuk mendaur ulang/menguraikannya, yang akhirnya terjadilah pencemaran.
2.3. Mencemari Air Tanah dan
Sungai
Limbah padat dari kegiatan peternakan
khususnya ayam broiler (pedaging) dan ayam petelur yang menumpuk tinggi, dalam
waktu lama akan mengalami proses dekomposisi akan menghasilkan bau, gas, lindi
dan bahan padat berupa pupuk kandang. Lindi berbentuk cairan mengandung unsur
pencemar dan masuk kedalam tanah yang akhirnya dapat mencemari air tanah dan
bisa juga mengalir ke sungai dan mencemari air sungai. Apabila air sungai tercemar
maka dapat ekosistem perairan terganggu,
atau dengan kata lain binatang-
binatang yang berada di air mati, karena
mutu airnya menurun. Apabila kualitas airnya menurunkan
maka air tersebut tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya.
2.4. Mengganggu Padangan
Limbah padat dari kegitan peternakan khususnya pemeliharaan ayam
broiler (pedaging) dan ayam petelur yang menumpuk dan dalam jumlah cukup banyak
pada suatu tempat apabila tidak dikelola, dapat menimbulkan gangguan padangan
mata, yang akhirnya akan terkesan kotor
dan kumuh, ada sebagian orang apabila melihat hal
semacam itu dapat menyebabkan
nafsu makan atau kemauan makannya
menurun.
3. Penanganan Limbah
3.1. Limbah Broiler
Limbah dari usaha
pemeliharaan ayam broiler (pedaging) yang berupa padat dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk tanaman. Pupuk dari kotoran atau limbah ternak ini sering disebut sebagai pupuk kandang atau pupuk organik
(pupuk alam). Pupuk kandang atau pupuk
organik yang baik adalah pupuk yang sudah terpisahkan dari bahan-bahan anorganik. Bahan -bahan anorganik adalah
bahan-bahan yang tidak mudah atau tidak
bisa terurai. Yang termasuk bahan –
bahan anorganic antara lain : batu-batuan, kaca, plastik, seng ,dan lain sebagainya.
Pupuk kandang pada umumnya komposisi kotoran
ternaknya lebih banyak, apabila dibandingkan dengan jumlah seresahnya (bahan organik lainnya). Pupuk
kandang akan mempengaruhi tehadap sifat tanah yaitu mempermudah penyerapan air, memperbaiki
kemampuan tanah dalam mengikat air, mengurangi erosi, dan merupakan sumber
unsur hara bagi tanaman. Yang intinya pupuk kandang membuat tanah menjadi gembur,
tanah menjadi lebih subur dan mudah diolah.
Tempat pembuangan atau mengolah limbah secara umum adalah diilokasi TPA (tempat pembuangan akhir). Namun
untuk limbah ternak khususnya
ternak ayam broiler (pedaging), pada
umumnya setelah ayam dipanen kotoran dan sekam (litter) dikumpulkan dan
dimasukkan ke dalam karung sudah banyak
yang membelinya (banyak konsumen). Karena pupuk kandang dari
limbah atau kotoran ayam broiler (pedaging) sangat cocok untuk berbagai jenis tanaman dan
mempunyai banyak kelebihan apabila dibandingkan dengan pupuk kandang dari
ternak ruminansia. Pupuk kandang dari ternak ruminansia banyak mengandung
biji-bijian yang akhirnya dapat tumbuh menjadi gulma apabila dipergunakan
sebagai pupuk tanaman.
Sedangkan pupuk kandang dari kotoran ayam
tidak banyak tumbuh gulma apabila
dipergunakan sebagi pupuk tanaman. Agar pupuk kandang dari kotoran atau limbah
ternak ayam broiler (pedaging) lebih berdayaguna lagi bagi kepentingan yang
lebih luas, maka kotoran atau limbah
tersebut perlu ditangai atau dikelola yang lebih baik lagi. Untuk menangani
atau mengelola kotoran atau limbah ternak ayam broiler (pedaging) tersebut
memerlukan suatu tempat khusus. Tempat khusus untuk menangani atau mengelola
kotoran atau limbah ternak ayam tersebut sering disebut dengan rumah kompos.
Rumah kompos sebaiknya dibuat agak jauh dari
kandang tempat untuk memelihara ayam broiler (pedaging). Hal ini bertujuan agar
supaya ayam broiler (pedaging) yang sedang dipelihara bebas dari kemungkinan
-kemungkinan adanya penyakit yang berasal dari tempat kompos tersebut.
Untuk itu agar kotoran atau limbah ternak
ayam broiler (pedaging) tidak merupakan sumber atau agen suatu penyakit baik
bagi ternak dan manusia serta tidak mencemari lingkungan, maka perlu ditangani
dan dikelola secara profesional. Kegiatan penanganan limbah atau kotoran ternak
ayam broiler (pedaging) salah satunya dapat dibuat pupuk kompos.
3.1.1. Kompos
Pupuk kompos adalah pupuk yang berasal dari
bahan-bahan organik/bahan yang mudah terurai seperti: (daun-daunan, sisa-sisa
pakan/limbah peternakan, limbah pertanian dan lain-lain yang sengaja atau tidak
sengaja dibuat oleh manusia melalui proses pembusukan). Ada juga yang
mendifinisikan kompos adalah bahan organis yang telah lapuk. Karena kompos dibuat
dari bahan- bahan organik yang berasal
dari berbagai sumber. Maka dalam pembuatan kompos harus memperhatikan beberapa
hal antara lain : (susunan bahan mentah, suhu dan ketinggian timbunan kompos,
pengaruh nitrogen, kelembaban dan
pengadukan).
3.1.1.1. Susunan Bahan Mentah
Semakin kecil ukuran bahan mentah maka
semakin cepat pula waktu pembusukannya, karena
permukaan bahan baku yang tersedia bagi mikroorganisme pembusuk lebih
banyak. Dengan banyak permukaan bagi mikrorganisma pembusuk, maka proses untuk
menghancurkan bahan baku kompos lebih cepat. Oleh karena itu dalam pembuatan
kompos bahan-bahan baku perlu dicincang menjadi ukuran yang lebih kecil.
Namun perlu diingat apabila proses pemotongan
bahan baku kompos terlalu kecil, dapat menyebabkan timbunan bahan kompos
menjadi padat dan tidak ada udara yang
masuk. Apabila hal ini terjadi maka proses pembuatan kompos bisa tidak
jadi.
3.1.1.2. Suhu dan Ketinggian Timbunan Kompos
Pengontrolan atau pengaturan panas dalam
proses pembuatan kompos sangat penting. Salah satu faktor yang menyebabkan
tingginya suhu dalam timbunan kompos adalah tingginya timbunan itu sendiri. Timbunan
yang terlalu sedikit tidak baik dalam
pembuatan kompos begitu sebaliknya timbunan yang terlalu tinggi juga tidak
baik.Timbunan kompos yang terlalu sedikit
panas akan cepat hilang dan sebaliknya apabila timbunan terlalu
banyak/tinggi panas yang dihasilkan juga terlalu tinggi. Timbunan kompos yang baik adalah antara
1,25 sampai 2 meter.
Timbunan kompos yang terlalu tinggi, dapat
menyebabkan bahan kompos tersebut
menjadi padat atau memadat, karena berat
bahan kompos itu sendiri, akibatnya suhu menjadi tinggi dan udara di dasar timbunan menjadi kurang. Panas yang
terlalu tinggi dalam timbunan kompos dapat menyebabkan kematian bakteri yang
kita inginkan. Sedangkan kekurangan udara di dasar timbunan kompos dapat
menyebabkan tumbuhnya bakteri anaerobik yang baunya tidak enak.
Pada timbunan kompos tersebut terjadi proses
dekomposisi bahan organik yaitu proses penguraian bahan organik oleh aktivitas
mikroorganisma yang menghasilkan senyawa-senyawa sederhana ( unsur hara), humus
dan energi.
Reaksi umumnya sebagai berikut :
Bahan
Aktivitas
- ---------------------- Ã
CO2 + H20 + Hara +
Humus + Energi
Organik
Mikroorganisma
Hara yang dihasilkan berupa nitrogrn (N),
posfor (P),kalium (K), belerang (S), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan unsur
mikro.
3.1.1.3. Pengaruh Nitrogen
Timbunan kompos yang mengandung nitrogen (N)
terlalu sedikit, tidak akan menghasilkan panas untuk membusukkan material
dengan cepat. Akan tetapi apabila kadar karbon/nitrogen terlalu tinggi dapat menyebabkan timbunan bahan kompos tersebut
menjadi busuk.
Agar
proses pembuatan kompos cepat terjadi pembusukan, maka bahan -bahan baku kompos
harus dicampur . Misalnya dedaunan, pangkasan pohon, pangkasan dedauan dari
kebun, seresah, sampah-sampah yang lunak dan lainnya merupakan sumber
nitrogen. Seandainya bahan baku kompos tidak ada bahan hijauan yang
mengandung nitrogen, maka dalam pembuatan kompos tersebut dapat ditambah dengan
pupuk organik
3.1.1.4. Kelembaban
Agar proses pembuatan kompos berhasil dengan
baik, maka kelembaban perlu dijaga setiap harinya. Untuk menjaga kelembaban
dalam timbunan bahan kompos dapat dilakukan dengan cara penyiraman dengan
air dan dilakukan pembalikan atau
pengadukan. Kelembaban timbunan kompos
sebaiknya berkisar antara 40 sampai 60 %.
Pada daerah - daerah yang cuacanya kering
atau panas , maka kita perlu menyiram timbunan kompos tersebut 3-4 kali sehari.
Begitu sebaliknya pada daerah yang curah hujannya tinggi, kita perlu menjaga
timbunan kompos tersebut jangan sampai basah dan becek akibat terkena air
hujan. Untuk menghindari hal tersebut diatas, maka perlu diberi naungan agar
proses pembuatan kompos dapat berhasil dengan baik.
3.1.1.6. Pengadukan
Proses pembuatan kompos perlu adanya
kegiatan pengadukan atau pembalikan.
Dengan tujuan agar proses dekomposisi bahan
organik lebih cepat , sehingga kompos cepat jadi. Kegiatan pengadukan
pada proses pembuatan kompos apabila kondisi timbunan dalam kondisi basah, dapat menambah banyak udara, sedikit mengeringkan bahan baku
kompos tersebut, dan dapat menghambat munculnya bakteri yang mempunyai
sifat anaerobik. Ratusan species
mikroorganisma terlibat dalam proses dekomposisi bahan organik dalam suatu
timbunan kompos. Mikroorganisma ini ditemukan secara alamiah dalam kompos dan
bekerja pada saat kelembaban dan
konsentrasi oksigen menguntungkan. Untuk mendapatkan oksigen di dalam timbunan
kompos maka perlu dilakukan pembalikan. Disamping itu dengan melakukan
pembalikan, kita bisa mengatur kembali susunan bahan baku yang tadinya diluar,
bisa dipindah ditengah dan lain sebagainya.
3.1.2. Perubahan
yang Terjadi Dalam Timbunan Kompos
3.1.2.1.
Perubahan Panas
Timbunan
kompos menjadi panas karena mikroorganisma melepaskan panas. Panas ini
terperangkap dalam timbunan yang
mengisolasinya. Timbunan yang berukuran besar akan lebih cepat panas dari pada
yang kecil. Sampai dengan suhu 40 OC, organisma thermofil aktif
bekerja. Mendekomposisikan timbunan. Dekomposisi berjalan sangat cepat pada
tingkat thermotif ( 40 OC-60 OC ).
Pembalikkan
timbunan memperbaiki aerasi dengan makin banyak oksigen dalam timbunan sehingga
mempercepat laju dekomposisi. Timbunan sebaiknya tidak lebih besar dari ukuran
lebar 2,5 m dan tinggi 1,5 m.
3.1.2.2.
Perubahan pH
Pada tahap
awal dekomposisi pH timbunan kompos mengalami penurunan Penurunan ini
disebabkan oleh cairan sel yang asam dalam
bahan tanaman dan asam yang dihasilkan oleh bakteri.
Penambahan
kapur pada timbunan kompos yang normal menyebabkan kehilangan sejumlah besar N
dalam bentuk gas amoniak, karena itu timbunan kompos jangan diberi kapur.
Terkecuali pada timbunan penambahan kapur untuk timbunan kompos yang anaerob
mengingat kondisi anaerob lebih banyak mengasilkan asam yang butuh
penetralan.
3.1.2.3.
Perubahan Kimia
Perubahan
kimia yang terjadi pada suatu timbunan kompos yaitu sebagai berikut :
·
Enzim
merombak sel tanaman menjadi protein dan asam amino
·
Mikroorganisme menggunakan senyawa dapat larut (gula, asam
amino, nitrogen anorganik) dan merombak: pati menjadi gula, lemak menjadi
gliserol dan asam organik, protein menjadi asam amino dan selulosa menjadi
gula.
·
Nitrogen
tanaman dikonversi menjadi protein mikroorganisme dan sebagian lainnya
dikonversi menjadi nitrat.
·
Llignin
yang lambat didekomposisikan membentuk molekul-molekul yang stabil dan
membentuk humus yang berwarna hitam. Humus ini dapat berfungsi memperbaiki
struktur tanah, dan humus tersebut mengandung banyak unsur hara yang dapat
dimanfaatkan oleh akar tanaman.
3.1.2.4. Patogen
Timbunan kompos menghancurkan patogen,
parasit tanaman dan binatang serta gulma. Pengomposan selama tiga minggu pada
suhu di atas 55 – 60 0C membunuh patogen termasuk penyakit tanaman,
bakteri tanaman, nematoda dan lain-lain.
Oleh karena itu pembalikan timbunan kompos adalah penting dalam membantu
proses ini. Beberapa biji gulma mungkin tetap hidup pada suhu ini.
Adapun ciri-ciri
kompos yang baik adalah:
·
Warna
hitam
·
Remah/tidak
lengket
·
Bau tidak
menyengat ( tidak berbau busuk)
·
Tidak
panas apabila diraba
·
Kandungan
unsur hara lengkap
3.1.3. Cara Membuat Kompos
3.1.3.1. Diatas Tanah
Pada
umumnya masyarakat atau petani membuat kompos diatas tanah. Proses pembuatan dimulai dari kegiatan
memilih lokasi yang strategis, memilih atau menyeleksi bahan baku untuk bahan
kompos, menumpuk/menyusun bahan baku
kompos lapis demi lapis sampai mencapai ketinggian antara 1,25 sampai 2 meter
dan menutup tumpukan kompos.
3.1.3.1.1. Memilih Lokasi yang Strategis
Lokasi
atau tempat untuk membuat kompos
dipilih tempat yang datar, tempat tersebut kondisinya lebih tinggi dengan
sekitarnya . Dengan harapan apabila terjadi hujan tempat
tersebut tidak kebanjiran.
3.1.3.1.2. Memilih atau Menyeleksi Bahan Baku Kompos
Bahan baku yang akan dibuat kompos dipilih
atau diseleksi dengan cara membuang bahan-bahan yang diperkirakan tidak hancur pada saat proses
pembuatan kompos. Bahan tersebut misal batu-batuan/kerikil, kayu atau papan
yang besar dan keras, plastik, botol-botol bekas dan lain-lain. Sedangkan bahan
baku untuk kompos adalah dipilih yang benar-benar mudah terurai seperti dedaunan , rerumputan, kotoran ternak
atau bahan organik lainnya.
3.1.3.1.3. Menyusun
Bahan Baku Kompos
Bahan baku kompos yang sudah dipilih atau
diseleksi, kemudian ditumpuk atau disusun lapis demi lapis sampai mencapai
ketinggian kurang lebih 1,5 meter.
Setelah kegiatan penumpukan atau penyusunan bahan baku selesai, kalau
diperkirakan tumpukan atau susunan bahan baku kompos tersebut kurang air, maka tumpukan tersebut perlu disiram air
secukupnya.
3.1.3.1.4. Memberi
Penutup
Timbunan atau tumpukan kompos agar
kelembabannya stabil perlu ditutup atau diberi naungan. Naungan atau penutup
selain berfungsi menjaga kelembaban, juga berfungsi untuk menghindari timbunan
kompos dari pengaruh panas dan hujan. Panas dan hujan yang langsung mengenai
timbunan kompos akan mempengarui proses pengomposan dan mutu kompos itu
sendiri. Tutup untuk kompos
dapat dibuat dari bahan daun
kelapa, rumbia atau dari bahan plastik
3.1.3.2. Didalam
Tanah
Membuat kompos di dalam tanah, pada
prinsipnya sama dengan membuat kompos di atas tanah. Pada prinsipnya
dilingkungan yang terbuka , kompos bisa terjadi dengan sendirinya . Melalui proses alamiah dedaunan,
rumput-rumputan kotoran hewan serta sampah lainnya lama kelamaan membusuk
karena kerja sama antara mikroorganisma dengan cuaca. Kompos yang terjadi
secara alamiah memerlukan waktu yang lama. Sehingga apabila seseorang/ petani memerlukan
segera tidak mungkin terpenuhi. Mengacu hal tersebut maka seseorang/ petani berusaha agar proses
pengomposan terjadi lebih cepat. Oleh karena itu membuat kompos dengan cara menumpuk atau menyusun
bahan kompos lapis demi lapis.
Membuat kompos di dalam tanah, sering
dilakukan oleh nenek moyang kita jaman dulu kala. Pada saat itu mereka membuat
lubang di dalam tanah untuk menampung
sampah-sampah organik,setelah lubang penuh kemudian ditutup dengan tanah bagian atasnya. Ternyata setelah
beberapa bulan atau bahkan tahun timbunan tersebut dibuka ternyata
sampah-sampah tersebut menjadi tanah yang berwarna hitam kaya akan unsur hara.
Saat ini mungkin masih sering kita jumpai
sesorang membuat kompos dengan cara membuat lubang atau galian di dalam tanah.
Lubang atau galian dibuat dengan ukuran 2 x 2 meter dengan kedalaman 1 m atau disesuaikan dengan
bahan baku kompos yang akan dibuat. Setelah galian tanah atau lubang selesai
dibuat, maka bahan baku kompos tersebut dimasukkan kedalam lubang lapis demi
lapis seperti pada saat membuat kompos yang di atas permukaan tanah. Kemudian
dilakukan penutupan setelah penumpukan
bahan baku selesai.
3.2.
Limbah Ayam Petelur
Limbah kotoran petelur pada sistem baterry
berupa kotoran murni dan sisa pakan ayam. Kotoran tersebut sangat baik sebagai pupuk
organik, karena tidak bercampur sekam. Wadah yang digunakan untuk tempat
kotoran adalah karung bekas pakan ternak. Nilai jual kotoran biasanya dihitung
dengan harga per karung. Disetiap daerah harga kotoran ayam bervariasi dengan
rata-rata Rp 6.000,- per karung.
|
Gambar 173. Membuat
kompos
|
Gambar 174. Kompos yang Sudah Jadi
Limbah kotoran ayam fase starter dan grower
berupa kotoran ayam, sisa pakan dan litter sekam. Jumlah sekam yang terlalu
banyak akan menurunkan kualitas kotoran
ayam sebagai pupuk organik. Penjualan dilakukan per karung kotoran, dengan harga rata-rata
Rp 2.000,- - Rp 3.000,- per karung.
Pada prinsipnya sama dalam pengelolaan limbah atau
kotoran layer dan broiler yaitu
sebagai bahan dasar pembuatan kompos. Dengan ditambah bahan - bahan
organik lainnya kotoran atau limbah ayam tersebut dapat dibuat kompos menjadi
lebih banyak. Sehingga akan mendatangkan keuntungan yang lebih banyak pula.
Lembar
Aplikasi Konsep
Tugas :
1. Identifikasi limbah berdasarkan karakteristinya
·
Lakukan
identifikasi masalah limbah peternakan ayam berdasarkan karakteristiknya.
·
Catatlah
hasil identifikasi anda
·
Buatlah
laporan hasil tugas anda
Tugas :
2. Identifikasi masalah pencemaran akibat
kegiatan pemeliharaan ternak ayam
·
Identifikasi masalah limbah yang ada,
berdasarkan karakteristiknya
·
Catatlah hasil identifikasi anda
·
Analisislah
dampak lingkungan akibat
limbah tersebut
·
Buatlah program penanganannya.
·
Buatlah
laporan hasil tugas anda
Tugas :
3. Mengelola limbah ayam sebagai pupuk kompos
·
Tentukan lokasi untuk pembuatan kompos
·
Pilihlah bahan-bahan dasar untuk membuat
kompos
·
Seleksi bahan-bahan tersebut dan buanglah
bahan-bahan yang tidak mudah terurai seperti plastik, batu dan kerikil, kayu
yang keras dan lain-lain
·
Bahan-bahan yang sudah diseleksi (bahan
organik) tersebut tumpuklah lapis demi lapis
·
Tumpukan atau lapisan pertama pilihlah
bahan-bahan yang kering seperti seresah atau sekam (litter), sedangkan lapisan
kedua tumpuhlah bahan-bahan organik yang masih segar seperti dedaunan atau
rumput-rumputan bekas potongan yang berada sekitar kandang, tumpukan ketiga
tumpuklah berupa kotoran ayam yang tidak banyak mengandung sekam
·
Lakukanlah penumpukan bahan-bahan tersebut
sampai beberapa lapis, sedangkan untuk ketinggian tumpukan usahakan kurang
lebih l,5 meter
·
Tutuplah tumpukan kompos tersebut dengan
plastik atau bahan lain seperti karung atau terpal
·
Kontrol suhu dan kelembabnya serta lakukan
pembalikan.
Lembar
Pemacahan Masalah
Pak
Marno mempunyai suatu farm peternakan ayam petelur, kebetulan manajemen
pengelolaan limbahnya tidak baik. Apa yang akan terjadi apabila keadaan semacam
ini terjadi berlarut-larut, jelaskan dengan menurut pendapat anda.
Lembar
Pengayaan
Pilihlah salah satu jawaban dibawah ini yang
paling tepat
1. Ciri-ciri kompos yang baik adalah:
a. Warna hitam,
bau tidak menyengat (tidak berbau busuk) dan tidak panas apabila diraba
b. Warna hitam,
remah, tidak panas apabila diraba dan kandungan unsur hara lengkap serta tidak
berbau busuk
c. Bau tidak
menyengat, tidak berbau busuk dan warna hitam.
2. Perubahan-perubahan
yang terjadi dalam timbunan kompos adalah:
a. Perubahan
panas, perubahan pH dan perubahan biologi serta perubahan patogen yang tadi
hidup menjadi mati
b. Perubahan
patogen yang tadi hidup menjadi mati, perubahan kimia dan perubahan unsur hara
c. Perubahan
panas, perubahan pH, perubahan kimia dan perubahan patogen yang tadi hidup
menjadi mati.
3. Kelembaban
timbunan kompos yang baik berkisar
antara :
a. Antara 40
sampai 60 %
b. Antara 70
sampai 80 %
c. Antara 30
sampai 40 %
4. Dalam proses
pembuatan kompos ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
a. Susunan bahan
mentah, suhu dan ketinggian timbunan kompos, pengaruh nitrogen, kelembaban dan pengadukan
b. Susunan bahan
mentah, suhu dan ketinggian timbunan kompos, pengaruh nitrogen dan
kelembaban
c. Susunan bahan
mentah, suhu dan ketinggian timbunan kompos, pengaruh nitrogen dan pengadukan.
5. Dampak negatif
limbah ternak ayam yang tidak dikelola
dengan baik adalah :
a. Mengganggu
kesehatan manusia, mencemari lingkungan
tanah, mencemari air tanah dan air
sungai
b. Mengganggu
kesehatan ternak, mencemari lingkungan tanah, mencemari air tanah dan air sungai serta menganggu pandangan
c. Mengganggu
kesehatan ternak dan manusia, mencemari lingkungan tanah, mencemari air tanah
dan air sungai serta menganggu
pandangan.
6. Bebera jenis
penyakit yang dapat disebabkan oleh adanya limbah padat yang tidak
dikelola dengan baik adalah :
a. Penyakit
infeksius yang timbul pada ternak unggas dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
protozoa dan cacing dan penyakit perut pada manusia
b. Penyakit
infeksius yang timbul pada ternak unggas dapat disebabkan oleh virus,
bakteri dan protozoa dan penyakit perut
pada ternak ruminansia
c. Penyakit gangguan pernafasan baik itu ternak maupun
manusia, penyakit infeksius yang timbul pada ternak unggas dapat disebabkan
oleh virus, bakteri, protozoa dan cacing serta penyakit perut pada manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar