Rabu, 28 November 2018

PENGELOLAAN LIMBAH TERNAK


Campur tangan manusia terhadap lingkungannya dalam rangka peningkatan sumberdaya alam, akan semakin menigkat sejalan dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup dan kehidupan yang semakin besar. Tidak mustahil dengan adanya peningkatan kegiatan manusia dewasa ini akan menimbulkan suatu kondisi yang kurang serasi dan seimbang lagi didalamnya. Sehingga akan mengganggu kehidupan makluk hidup dan tidak jarang menyebabkan kerugian.Kegiatan dibidang peternakan, bila tidak dikelola atau dilakukan dengan baik tanpa memperhatikan faktor-faktor pengganggu /perusak lingkungan akan dapat menyebabkan kerugian hidup dan kehidupan masyarakat dibidang peternakan tersebut.

Agar limbah ternak unggas  baik itu limbah di peternakan ayam pedaging maupun ayam petelur  tidak duitmencemari lingkungan, maka perlu dikelola dengan baik.  Pengelolaan limbah peternakan unggas tersebut sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik jenis limbahnya.   Berbicara  masalah limbah peternakan dari namanya saja sudah dapat diketahui, bahwa kotoran ternak khususnya ayam broiler (pedaging) dan ayam petelur pasti bersifat kotor, baunya  tidak  sedap, sangat menjijikan, dan sederet kejelekkan lainnya.  Anggapan masyarakat  semacam itu memang tidaklah salah, sebab tanpa perlakuan apapun  keadaannya  memang demikian tidak mengherankan kalau kotoran unggas atau limbah ternak unggas  ini sering menimbulkan masalah dari  pada mendatangkan manfaat bagi orang yang tidak  mengetahuinnya. Namun bagi sebagian orang kotoran atau limbah tersebut adalah duit atau sebagian orang menyebutnya bau duit.

Sifat-sifat jelek dari kotoran ternak khususnya ayam broiler (pedaging) dan petelur ini kadang-kadang sering menimbulkan benturan kepentingan.  Disatu sisi  kita sedang menggalakkan peternakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi  daging dan telur. Tetapi disisi lain lahan yang tersedia  untuk  lokasi peternakan semakin terbatas karena berbenturan  kepentingan dengan lokasi pemukiman penduduk. Mendirikan peternakan yang berdekatan dengan lokasi pemukiman penduduk kemungkinan akan diprotes oleh warga yang ada, karena  adanya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh kotoran ternak tersebut.

Tidak mengherankan kalau lokasi peternakan biasanya didirikan di lokasi yang jauh dengan pemukiman penduduk. Semakin jauh lokasi peternakan  dari pemukiman penduduk  semakin baik. Hal ini tidaklah menjadi masalah bagi peternakan yang berskala besar, karena dengan dana yang besar peternak dapat menyediakan segala fasilitas yang diperlukan  di lokasi tersebut.  Akan tetapi sebaliknya bagi peternak kecil, hal ini akan menjadi masalah. Lokasi yang terlalu jauh dengan pemukiman menyebabkan kesulitan dalam penanganannya. Tidak mengherankan kalau lokasi peternakan yang berskala kecil biasanya tidak  jauh dengan pemukiman penduduk. Bahkan seringkali rumah peternaknya  sendiri berada di lokasi  peternakan. Dengan demikian  pencemaran lingkungan sulit dihindarkan.

Jika tidak dikelola dengan baik, kotoran ternak ayam broiler (pedaging) dan ayam petelur  dapat  menurunkan mutu lingkungan (kesehatan) dan mengganggu kenikmatan hidup  masyarakat.  Kotoran ternak yang terkumpul atau tercecer akan terbawa oleh aliran air hujan kedaerah-daerah yang lebih rendah, hal ini akan mencemari  air tanah dan air sungai yang  sebenarnya lokasinya jauh dari lokasi  peternakan. Pengaruhnya akan semakin besar apabila ditunjang oleh kebiasaan masyarakat yang kurang baik, yaitu menggunakan  air sungai untuk kegiatan mandi dan mencuci.
Di daerah semacam ini penyakit akan mudah  menyebar. Dengan demikian selain anjuran untuk menjauhkan lokasi  peternakan dari lokasi pemukiman, perlu pula dicari cara yang efektif untuk mengurangi reksiko pencemaran lingkungan. Permasalahan  sekarang, bagaimana mengurangi reksiko pencemaran  yang disebabkan oleh kotoran ternak ayam broiler (pedaging) dan ayam petelur tersebut.

1.  Pengertian Limbah

Limbah adalah hasil samping dari proses produksi yang tidak lansung dimanfaatkan, bisa berbentuk padat, cair, gas, getaran suara dan lain-lain, yang menimbulkan pencemaran apabila tidak dikelola dengan baik. Adapun jenis atau karakteristik dari limbah peternakan khususnya ayam broiler (pedaging) dan ayam petelur  adalah sebagai berikut :

1.1.        Limbah Padat

Yang termasuk limbah padat  pada usaha peternakan ayam pedaging dan petelur diantaranya:
·      Kardus bekas atau bok bekas DOC
·      Sisa pakan konsentrat
·      Litter atau sekam bekas pemeliharaan ayam
·      Bangkai ayam
·      Kotoran ternak
·      Karung bekas tempat konsentrat
·      Botol/kemasan obat-obatan ternak atau vaksin
·      Kayu atau papan bekas /sisa bangunan kandang
·      Batu/bata , pecahan genteng, asbes  sisa bangunan
·      Tirai kandang yang telak rusak  
·      Dll

Gambar 170.  Litter Bekas Pemeliharaan Ayam (1 hari setelah panen)

Gambar 171. Litter Bekas Pemeliharaan Ayam (1,5 bl  setelah panen)



 Gambar 172.  Bangkai Ayam

1.2. Limbah Cair

Limbah cair dari kegiatan usaha peternakan unggas khususnya ayam pedaging dan ayam petelur contohnya:
·      Air sisa minum
·      Air bekas mencuci tempat pakan dan minum
·      Air bekas mencuci kandang dan peralatan yang mengandung bahan kimia
·      Dan lain- lain


1.3. Limbah Gas

Limbah  peternakan unggas khususnya  peternakan ayam pedaging dan ayam petelur yang bentuknya  gas contohnya:
·      Bau  yang disebabkan oleh kotoran ternak ayam (litter yang telah bercampur, air kencing, tumpahan air minum  dan  sisa pakan)
·      Limbah  gas  akibat bau bangkai ayam  yang tidak dikubur, telur busuk
·      Amoniak dan lain-lain
2.  Dampak Limbah 

Limbah yang dihasilkan dari kegiatan bidang peternakan khususnya ayam broiler (pedaging) dan ayam petelur, apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Misalnya bau yang ditimbulkan akibat kotoran ternak  (amoniak yang tinggi).  Yang dimaksud dengan amoniak adalah gas yang ditimbulkan oleh aktivitas  mikroorganisma pada kotoran ternak ataupun litter yang basah. Timbulnya  gas  atau  amoniak pada pemeliharaan ayam, baik itu ayam pedaging atau ayam petelur  dapat disebabkan  oleh beberapa hal diantaranya : keadaan sirkulasi udara yang kurang baik di dalam kandang atau sering disebut dengan (ventilasi jelek) dalam kandang, keadaan pupulasi ternak yang terlalu penuh (semakin padat ayam dalam kandang), adanya tumpahan pakan  dan air minum di dalam kandang  sehingga dapat menyebabkan litter atau kotoran menjadi basah, pengaturan litter yang kurang baik dan lain sebagainya.

Adapun dampak limbah tersebut antara lain sbb:

2.1. Mengganggu Kesehatan Ternak dan Manusia

Limbah ternak ayam khususnya limbah berbentuk padat sangat potensi menimbulkan bahaya kesehatan baik itu ternak maupun manusia.  Potensi bahaya kesehatan tersebut disebabkan, karena limbah  merupakan sumber berbagai jenis  penyakit. Sedangkan beberapa jenis penyakit yang dapat disebabkan oleh adanya limbah padat yang tidak dikelola  dengan baik adalah sebagai berikut:
2.1.1. Penyakit Pernafasan

Penyakit  gangguan pernafasan baik itu ternak maupun manusia  yang disebabkan oleh adanya bau yang tidak enak /menyengat hidung.

2.1.2. Penyakit Infeksius

Penyakit infeksius yang timbul pada ternak unggas dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa dan cacing. Sumber penyakit seperti virus, bakteri, protozoa dan cacing banyak terdapat di limbah ternak yang tidak dikelola tersebut.

2.1.3. Penyakit Perut pada Manusia

Penyakit ini dapat disebabkan karena manusia makan makanan yang kotor, akibat  makanan  tersebut dihinggapi lalat. Lalat suka hidup di tempat-tempat yang kotor seperti  limbah atau kotoran ternak.


2.2. Mencemari  Lingkungan Tanah

Jenis limbah padat apabila tidak dikelola dengan baik, dan dibuang begitu saja akan memberikan dampak negatif terhadap ekosistem tanah, perkembangan kehidupan mikroorganisme tanah, kesehatan ternak  yang berada dilingkungan sekitarnya dan termasuk kesehatan manusia baik itu peternak sendiri maupun masyarakat umum.

Mengapa lingkungan tanah bisa tercemar oleh limbah padat tersebut ? Karena limbah padat yang tidak dikelola  tersebut sudah melampui batas kemampuan tanah untuk mendaur ulang/menguraikannya, yang akhirnya terjadilah pencemaran.

2.3. Mencemari Air Tanah dan
        Sungai

Limbah padat dari kegiatan peternakan khususnya ayam broiler (pedaging) dan ayam petelur yang menumpuk tinggi, dalam waktu lama akan mengalami proses dekomposisi akan menghasilkan bau, gas, lindi dan bahan padat berupa pupuk kandang. Lindi berbentuk cairan mengandung unsur pencemar dan masuk kedalam tanah yang akhirnya dapat mencemari air tanah dan bisa juga mengalir ke sungai dan mencemari air sungai. Apabila air sungai tercemar maka dapat  ekosistem perairan terganggu,  atau dengan kata lain binatang- binatang  yang berada di air mati, karena mutu airnya menurun. Apabila kualitas airnya  menurunkan  maka air tersebut tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya.

2.4. Mengganggu Padangan

Limbah padat dari kegitan peternakan khususnya pemeliharaan ayam broiler (pedaging) dan ayam petelur yang menumpuk dan dalam jumlah cukup banyak pada suatu tempat apabila tidak dikelola, dapat menimbulkan gangguan padangan mata, yang akhirnya  akan terkesan kotor dan kumuh,  ada  sebagian orang  apabila melihat  hal  semacam  itu dapat menyebabkan nafsu makan atau kemauan makannya  menurun.

3.  Penanganan Limbah

3.1. Limbah Broiler

Limbah dari usaha pemeliharaan ayam broiler (pedaging) yang berupa padat dapat dimanfaatkan sebagai pupuk  tanaman. Pupuk dari kotoran atau limbah ternak ini  sering disebut  sebagai pupuk kandang atau pupuk organik (pupuk alam). Pupuk kandang  atau pupuk organik yang baik adalah pupuk yang sudah terpisahkan dari bahan-bahan  anorganik. Bahan -bahan anorganik adalah bahan-bahan yang tidak mudah  atau tidak bisa terurai.  Yang termasuk bahan – bahan anorganic antara lain : batu-batuan, kaca, plastik,  seng ,dan lain sebagainya. 

Pupuk kandang pada umumnya komposisi kotoran ternaknya lebih banyak, apabila dibandingkan dengan jumlah seresahnya  (bahan organik lainnya).  Pupuk  kandang akan mempengaruhi tehadap sifat tanah  yaitu mempermudah penyerapan air, memperbaiki kemampuan tanah dalam mengikat air, mengurangi erosi, dan merupakan sumber unsur hara bagi tanaman. Yang intinya pupuk kandang membuat tanah menjadi gembur, tanah menjadi lebih subur dan mudah diolah. 

Tempat pembuangan atau mengolah limbah  secara umum adalah diilokasi  TPA (tempat pembuangan akhir). Namun untuk  limbah ternak khususnya ternak  ayam broiler (pedaging), pada umumnya setelah ayam dipanen kotoran dan sekam (litter) dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung sudah banyak  yang membelinya (banyak konsumen). Karena pupuk kandang  dari  limbah atau kotoran ayam broiler (pedaging)  sangat cocok untuk berbagai jenis tanaman dan mempunyai banyak kelebihan apabila dibandingkan dengan pupuk kandang dari ternak ruminansia. Pupuk kandang dari ternak ruminansia banyak mengandung biji-bijian yang akhirnya dapat tumbuh menjadi gulma apabila dipergunakan sebagai pupuk tanaman.
Sedangkan pupuk kandang dari kotoran ayam tidak banyak  tumbuh gulma apabila dipergunakan sebagi pupuk tanaman. Agar pupuk kandang dari kotoran atau limbah ternak ayam broiler (pedaging) lebih berdayaguna lagi bagi kepentingan yang lebih luas, maka kotoran  atau limbah tersebut perlu ditangai atau dikelola yang lebih baik lagi. Untuk menangani atau mengelola kotoran atau limbah ternak ayam broiler (pedaging) tersebut memerlukan suatu tempat  khusus.  Tempat khusus untuk menangani atau mengelola kotoran atau limbah ternak ayam tersebut sering disebut dengan rumah kompos.

Rumah kompos sebaiknya dibuat agak jauh dari kandang tempat untuk memelihara ayam broiler (pedaging). Hal ini bertujuan agar supaya ayam broiler (pedaging) yang sedang dipelihara bebas dari kemungkinan -kemungkinan adanya penyakit yang berasal dari tempat kompos tersebut.

Untuk itu agar kotoran atau limbah ternak ayam broiler (pedaging) tidak merupakan sumber atau agen suatu penyakit baik bagi ternak dan manusia serta tidak mencemari lingkungan, maka perlu ditangani dan dikelola secara profesional. Kegiatan penanganan limbah atau kotoran ternak ayam broiler (pedaging) salah satunya dapat dibuat pupuk kompos.

3.1.1. Kompos

Pupuk kompos adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik/bahan yang mudah terurai seperti: (daun-daunan, sisa-sisa pakan/limbah peternakan, limbah pertanian dan lain-lain yang sengaja atau tidak sengaja dibuat oleh manusia melalui proses pembusukan). Ada juga yang mendifinisikan kompos adalah bahan organis yang telah lapuk. Karena kompos dibuat dari  bahan- bahan organik yang berasal dari berbagai sumber. Maka dalam pembuatan kompos harus memperhatikan beberapa hal antara lain : (susunan bahan mentah, suhu dan ketinggian timbunan kompos, pengaruh nitrogen, kelembaban  dan pengadukan).

3.1.1.1. Susunan Bahan Mentah

Semakin kecil ukuran bahan mentah maka semakin cepat pula waktu pembusukannya, karena  permukaan bahan baku yang tersedia bagi mikroorganisme pembusuk lebih banyak. Dengan banyak permukaan bagi mikrorganisma pembusuk, maka proses untuk menghancurkan bahan baku kompos lebih cepat. Oleh karena itu dalam pembuatan kompos bahan-bahan baku perlu dicincang menjadi ukuran yang lebih kecil.

Namun perlu diingat apabila proses pemotongan bahan baku kompos terlalu kecil, dapat menyebabkan timbunan bahan kompos menjadi padat dan tidak ada udara yang  masuk. Apabila hal ini terjadi maka proses pembuatan kompos bisa tidak jadi.

3.1.1.2. Suhu dan Ketinggian Timbunan Kompos

Pengontrolan atau pengaturan panas dalam proses pembuatan kompos sangat penting. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya suhu dalam timbunan kompos adalah tingginya timbunan itu sendiri. Timbunan yang terlalu  sedikit tidak baik dalam pembuatan kompos begitu sebaliknya timbunan yang terlalu tinggi juga tidak baik.Timbunan kompos yang terlalu sedikit  panas akan cepat hilang dan sebaliknya apabila timbunan terlalu banyak/tinggi panas yang dihasilkan juga terlalu tinggi.  Timbunan kompos yang baik adalah antara 1,25  sampai 2 meter.

Timbunan kompos yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan  bahan kompos tersebut menjadi padat atau memadat, karena berat  bahan kompos itu sendiri, akibatnya suhu menjadi  tinggi dan udara  di dasar timbunan menjadi kurang. Panas yang terlalu tinggi dalam timbunan kompos dapat menyebabkan kematian bakteri yang kita inginkan. Sedangkan kekurangan udara di dasar timbunan kompos dapat menyebabkan tumbuhnya bakteri anaerobik yang baunya tidak enak.

Pada timbunan kompos tersebut terjadi proses dekomposisi bahan organik yaitu proses penguraian bahan organik oleh aktivitas mikroorganisma yang menghasilkan senyawa-senyawa sederhana ( unsur hara), humus dan energi.

Reaksi umumnya sebagai  berikut :

        Bahan          Aktivitas
                  - ----------------------        à                    
      CO2 + H20 + Hara + Humus + Energi
        Organik       Mikroorganisma
    
Hara yang dihasilkan berupa nitrogrn (N), posfor (P),kalium (K), belerang (S), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan unsur mikro.

3.1.1.3. Pengaruh Nitrogen

Timbunan kompos yang mengandung nitrogen (N) terlalu sedikit, tidak akan menghasilkan panas untuk membusukkan material dengan cepat. Akan tetapi apabila kadar karbon/nitrogen terlalu tinggi  dapat menyebabkan timbunan bahan kompos tersebut menjadi busuk.
 Agar proses pembuatan kompos cepat terjadi pembusukan, maka bahan -bahan baku kompos harus dicampur . Misalnya dedaunan, pangkasan pohon, pangkasan dedauan dari kebun, seresah, sampah-sampah yang lunak dan lainnya merupakan sumber nitrogen.  Seandainya bahan baku  kompos tidak ada bahan hijauan yang mengandung nitrogen, maka dalam pembuatan kompos tersebut dapat ditambah dengan pupuk organik


3.1.1.4. Kelembaban

Agar proses pembuatan kompos berhasil dengan baik, maka kelembaban perlu dijaga setiap harinya. Untuk menjaga kelembaban dalam timbunan bahan kompos dapat dilakukan dengan cara penyiraman dengan air  dan dilakukan pembalikan atau pengadukan.   Kelembaban timbunan kompos sebaiknya berkisar antara 40 sampai 60 %.

Pada daerah - daerah yang cuacanya kering atau panas , maka kita perlu menyiram timbunan kompos tersebut 3-4 kali sehari. Begitu sebaliknya pada daerah yang curah hujannya tinggi, kita perlu menjaga timbunan kompos tersebut jangan sampai basah dan becek akibat terkena air hujan. Untuk menghindari hal tersebut diatas, maka perlu diberi naungan agar proses pembuatan kompos dapat berhasil dengan baik.

3.1.1.6. Pengadukan

Proses pembuatan kompos perlu adanya kegiatan  pengadukan atau pembalikan. Dengan tujuan agar proses dekomposisi bahan  organik lebih cepat , sehingga kompos cepat jadi. Kegiatan pengadukan pada proses pembuatan kompos apabila kondisi timbunan dalam kondisi basah,  dapat menambah  banyak udara, sedikit mengeringkan  bahan baku  kompos tersebut, dan dapat menghambat munculnya bakteri yang mempunyai sifat anaerobik.  Ratusan species mikroorganisma terlibat dalam proses dekomposisi bahan organik dalam suatu timbunan kompos. Mikroorganisma ini ditemukan secara alamiah dalam kompos dan bekerja pada saat  kelembaban dan konsentrasi  oksigen menguntungkan.  Untuk mendapatkan oksigen di dalam timbunan kompos maka perlu dilakukan pembalikan. Disamping itu dengan melakukan pembalikan, kita bisa mengatur kembali susunan bahan baku yang tadinya diluar, bisa  dipindah ditengah  dan lain sebagainya.

3.1.2. Perubahan yang Terjadi Dalam Timbunan Kompos

3.1.2.1. Perubahan Panas

Timbunan kompos menjadi panas karena mikroorganisma melepaskan panas. Panas ini terperangkap  dalam timbunan yang mengisolasinya. Timbunan yang berukuran besar akan lebih cepat panas dari pada yang kecil. Sampai dengan suhu 40 OC, organisma thermofil aktif bekerja. Mendekomposisikan timbunan. Dekomposisi berjalan sangat cepat pada tingkat thermotif ( 40 OC-60 OC ).

Pembalikkan timbunan memperbaiki aerasi dengan makin banyak oksigen dalam timbunan sehingga mempercepat laju dekomposisi. Timbunan sebaiknya tidak lebih besar dari ukuran lebar 2,5 m dan tinggi 1,5 m.

3.1.2.2. Perubahan pH

Pada tahap awal dekomposisi pH timbunan kompos mengalami penurunan Penurunan ini disebabkan oleh cairan sel yang asam dalam  bahan tanaman dan asam yang dihasilkan oleh bakteri.

Penambahan kapur pada timbunan kompos yang normal menyebabkan kehilangan sejumlah besar N dalam bentuk gas amoniak, karena itu timbunan kompos jangan diberi kapur. Terkecuali pada timbunan penambahan kapur untuk timbunan kompos yang anaerob mengingat kondisi anaerob lebih banyak mengasilkan asam yang butuh penetralan.  

3.1.2.3. Perubahan Kimia

Perubahan  kimia  yang terjadi pada  suatu timbunan kompos yaitu sebagai berikut :
·      Enzim merombak sel tanaman menjadi protein dan asam amino
·      Mikroorganisme  menggunakan senyawa dapat larut (gula, asam amino, nitrogen anorganik) dan merombak: pati menjadi gula, lemak menjadi gliserol dan asam organik, protein menjadi asam amino dan selulosa menjadi gula.
·      Nitrogen tanaman dikonversi menjadi protein mikroorganisme dan sebagian lainnya dikonversi menjadi nitrat.
·      Llignin yang lambat didekomposisikan membentuk molekul-molekul yang stabil dan membentuk humus yang berwarna hitam. Humus ini dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, dan humus tersebut mengandung banyak unsur hara yang dapat dimanfaatkan oleh akar tanaman.

3.1.2.4. Patogen

Timbunan kompos menghancurkan patogen, parasit tanaman dan binatang serta gulma. Pengomposan selama tiga minggu pada suhu di atas 55 – 60 0C membunuh patogen termasuk penyakit tanaman, bakteri tanaman, nematoda dan lain-lain.  Oleh karena itu pembalikan timbunan kompos adalah penting dalam membantu proses ini. Beberapa biji gulma mungkin tetap hidup pada suhu ini.
Adapun ciri-ciri kompos yang baik adalah:
·      Warna hitam
·      Remah/tidak lengket
·      Bau tidak menyengat ( tidak berbau busuk)
·      Tidak panas  apabila diraba
·      Kandungan unsur hara lengkap

3.1.3. Cara Membuat Kompos

3.1.3.1. Diatas Tanah

Pada  umumnya  masyarakat  atau petani membuat kompos diatas  tanah. Proses pembuatan dimulai dari kegiatan memilih lokasi yang strategis, memilih atau menyeleksi bahan baku untuk bahan kompos, menumpuk/menyusun  bahan baku kompos lapis demi lapis sampai mencapai ketinggian antara 1,25 sampai 2 meter dan menutup tumpukan kompos.

3.1.3.1.1. Memilih Lokasi yang Strategis

Lokasi  atau tempat  untuk membuat kompos dipilih tempat yang datar, tempat tersebut kondisinya lebih tinggi dengan sekitarnya . Dengan harapan apabila terjadi hujan tempat tersebut tidak kebanjiran.
3.1.3.1.2. Memilih atau Menyeleksi Bahan Baku Kompos

Bahan baku yang akan dibuat kompos dipilih atau diseleksi dengan cara membuang bahan-bahan yang  diperkirakan tidak hancur pada saat proses pembuatan kompos. Bahan tersebut misal batu-batuan/kerikil, kayu atau papan yang besar dan keras, plastik, botol-botol bekas dan lain-lain. Sedangkan bahan baku untuk kompos adalah dipilih yang benar-benar mudah terurai  seperti dedaunan , rerumputan, kotoran ternak atau bahan organik lainnya.

3.1.3.1.3. Menyusun  Bahan Baku Kompos

Bahan baku kompos yang sudah dipilih atau diseleksi, kemudian ditumpuk atau disusun lapis demi lapis sampai mencapai ketinggian  kurang lebih 1,5 meter. Setelah kegiatan penumpukan atau penyusunan bahan baku selesai, kalau diperkirakan tumpukan atau susunan bahan baku kompos tersebut  kurang air, maka  tumpukan tersebut perlu disiram  air  secukupnya.

3.1.3.1.4. Memberi Penutup

Timbunan atau tumpukan kompos agar kelembabannya stabil perlu ditutup atau diberi naungan. Naungan atau penutup selain berfungsi menjaga kelembaban, juga berfungsi untuk menghindari timbunan kompos dari pengaruh panas dan hujan. Panas dan hujan yang langsung mengenai timbunan kompos akan mempengarui proses pengomposan dan mutu kompos itu sendiri.  Tutup untuk  kompos  dapat dibuat dari  bahan daun kelapa, rumbia atau dari bahan plastik

3.1.3.2. Didalam Tanah

Membuat kompos di dalam tanah, pada prinsipnya sama dengan membuat kompos di atas tanah. Pada prinsipnya dilingkungan yang terbuka , kompos bisa terjadi dengan sendirinya .  Melalui proses alamiah dedaunan, rumput-rumputan kotoran hewan serta sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena kerja sama antara mikroorganisma dengan cuaca. Kompos yang terjadi secara alamiah memerlukan waktu yang lama. Sehingga apabila seseorang/ petani memerlukan segera tidak mungkin terpenuhi. Mengacu hal tersebut maka  seseorang/ petani berusaha agar proses pengomposan terjadi lebih cepat. Oleh karena itu  membuat kompos dengan cara menumpuk atau menyusun bahan kompos lapis demi lapis.

Membuat kompos di dalam tanah, sering dilakukan oleh nenek moyang kita jaman dulu kala. Pada saat itu mereka membuat lubang di dalam tanah  untuk menampung sampah-sampah organik,setelah lubang penuh kemudian ditutup dengan tanah  bagian atasnya. Ternyata setelah  beberapa bulan atau bahkan tahun timbunan tersebut dibuka ternyata sampah-sampah tersebut menjadi tanah yang berwarna hitam kaya akan unsur hara.

Saat ini mungkin masih sering kita jumpai sesorang membuat kompos dengan cara membuat lubang atau galian di dalam tanah. Lubang atau galian dibuat dengan ukuran 2 x 2 meter  dengan kedalaman 1 m atau disesuaikan dengan bahan baku kompos yang akan dibuat. Setelah galian tanah atau lubang selesai dibuat, maka bahan baku kompos tersebut dimasukkan kedalam lubang lapis demi lapis seperti pada saat membuat kompos yang di atas permukaan tanah. Kemudian dilakukan penutupan setelah penumpukan  bahan baku selesai.

3.2. Limbah  Ayam Petelur

Limbah kotoran petelur pada sistem baterry berupa kotoran murni dan sisa pakan ayam. Kotoran tersebut sangat baik sebagai pupuk organik, karena tidak bercampur sekam. Wadah yang digunakan untuk tempat kotoran adalah karung bekas pakan ternak. Nilai jual kotoran biasanya dihitung dengan harga per karung. Disetiap daerah harga kotoran ayam bervariasi dengan rata-rata Rp 6.000,- per karung.

Gambar 173. Membuat kompos

Gambar 174.  Kompos yang Sudah Jadi


Limbah kotoran ayam fase starter dan grower berupa kotoran ayam, sisa pakan dan litter sekam. Jumlah sekam yang terlalu banyak  akan menurunkan kualitas kotoran ayam sebagai pupuk organik. Penjualan  dilakukan per karung kotoran, dengan harga rata-rata Rp 2.000,-  - Rp 3.000,-  per karung.

Pada prinsipnya sama dalam pengelolaan  limbah atau  kotoran layer dan broiler yaitu  sebagai bahan dasar pembuatan kompos. Dengan ditambah bahan - bahan organik lainnya kotoran  atau limbah  ayam tersebut dapat dibuat kompos menjadi lebih banyak. Sehingga akan mendatangkan keuntungan yang lebih banyak pula.
















Lembar Aplikasi Konsep



Tugas  : 1.  Identifikasi  limbah berdasarkan karakteristinya 

·      Lakukan identifikasi masalah limbah peternakan ayam berdasarkan karakteristiknya.
·      Catatlah hasil identifikasi anda 
·      Buatlah laporan  hasil tugas anda  

Tugas  : 2.  Identifikasi masalah pencemaran akibat kegiatan pemeliharaan ternak  ayam 

·      Identifikasi masalah limbah yang ada, berdasarkan karakteristiknya
·      Catatlah hasil identifikasi anda
·      Analisislah  dampak  lingkungan  akibat  limbah tersebut
·      Buatlah program penanganannya.
·      Buatlah laporan  hasil tugas anda  


Tugas  : 3.  Mengelola limbah ayam sebagai pupuk kompos

·      Tentukan lokasi untuk pembuatan kompos
·      Pilihlah bahan-bahan dasar untuk membuat kompos
·      Seleksi bahan-bahan tersebut dan buanglah bahan-bahan yang tidak mudah terurai seperti plastik, batu dan kerikil, kayu yang keras dan lain-lain
·      Bahan-bahan yang sudah diseleksi (bahan organik) tersebut tumpuklah lapis demi lapis
·      Tumpukan atau lapisan pertama pilihlah bahan-bahan yang kering seperti seresah atau sekam (litter), sedangkan lapisan kedua tumpuhlah bahan-bahan organik yang masih segar seperti dedaunan atau rumput-rumputan bekas potongan yang berada sekitar kandang, tumpukan ketiga tumpuklah berupa kotoran ayam yang tidak banyak mengandung sekam
·      Lakukanlah penumpukan bahan-bahan tersebut sampai beberapa lapis, sedangkan untuk ketinggian tumpukan usahakan kurang lebih l,5 meter
·      Tutuplah tumpukan kompos tersebut dengan plastik atau bahan lain seperti karung atau terpal
·      Kontrol suhu dan kelembabnya serta lakukan pembalikan.

Lembar Pemacahan Masalah

Pak  Marno mempunyai suatu farm peternakan ayam petelur, kebetulan manajemen pengelolaan limbahnya tidak baik. Apa yang akan terjadi apabila keadaan semacam ini terjadi berlarut-larut, jelaskan dengan menurut pendapat anda.

Lembar Pengayaan

Pilihlah salah satu jawaban dibawah ini yang paling tepat

1.   Ciri-ciri kompos yang baik adalah:
a.   Warna hitam, bau tidak menyengat (tidak berbau busuk) dan tidak panas  apabila diraba
b.   Warna hitam, remah,  tidak panas  apabila diraba  dan kandungan unsur hara lengkap serta tidak berbau busuk
c.   Bau tidak menyengat, tidak berbau busuk dan warna hitam.

2.   Perubahan-perubahan yang terjadi dalam timbunan kompos adalah:
a.   Perubahan panas, perubahan pH dan perubahan biologi serta perubahan patogen yang tadi hidup menjadi mati
b.   Perubahan patogen yang tadi hidup menjadi mati, perubahan kimia dan perubahan unsur hara
c.   Perubahan panas, perubahan pH, perubahan kimia dan perubahan patogen yang tadi hidup menjadi mati.

3.   Kelembaban timbunan kompos  yang baik berkisar antara :
a.   Antara 40 sampai 60 %
b.   Antara 70 sampai 80 %
c.   Antara 30 sampai 40 %

4.   Dalam proses pembuatan kompos ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
a.   Susunan bahan mentah, suhu dan ketinggian timbunan kompos, pengaruh nitrogen, kelembaban  dan pengadukan
b.   Susunan bahan mentah, suhu dan ketinggian timbunan kompos, pengaruh nitrogen dan kelembaban 
c.   Susunan bahan mentah, suhu dan ketinggian timbunan kompos, pengaruh nitrogen dan pengadukan.

5.   Dampak negatif limbah ternak ayam  yang tidak dikelola dengan baik adalah : 
a.   Mengganggu kesehatan  manusia, mencemari lingkungan tanah, mencemari air tanah dan  air sungai
b.   Mengganggu kesehatan ternak, mencemari lingkungan tanah, mencemari air tanah dan  air sungai serta menganggu pandangan
c.   Mengganggu kesehatan ternak dan manusia, mencemari lingkungan tanah, mencemari air tanah dan  air sungai serta menganggu pandangan.

6.   Bebera jenis penyakit yang dapat disebabkan oleh adanya limbah padat yang tidak dikelola  dengan baik adalah :
a.   Penyakit infeksius yang timbul pada ternak unggas dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa dan cacing dan penyakit perut pada manusia
b.   Penyakit infeksius yang timbul pada ternak unggas dapat disebabkan oleh virus, bakteri  dan protozoa dan penyakit perut pada ternak ruminansia
c.   Penyakit  gangguan pernafasan baik itu ternak maupun manusia, penyakit infeksius yang timbul pada ternak unggas dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa dan cacing serta penyakit perut pada manusia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar